Dalam Kitab Tawarikh 26
menceritakan : ada seorang Raja muda berusia 16 tahun yang bernama Uzia. Uzia
artinya Allah adalah kekuatanku. Raja muda ini Tuhan angkat dan Tuhan tetapkan
menjadi Raja di Yehuda. Lamanya tidak tanggung-tanggung selama 52 tahun di
Yerusalem. Uzia melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan Uzia berjalan
seturut Firman Tuhan serta dengar-dengaran kepada Tuhan. Benar berarti
kebenaran itu berada dalam Alkitab. Raja Uzia berjalan dalam kebenaran Firman
Tuhan.
Dan yang lebih menarik lagi adalah Ayat 5 => Raja
Uzia mengangkat seorang hamba Tuhan untuk menjadi pembinanya untuk menuntunya
di jalan Tuhan. Raja Uzia memulai semuanya dengan kerendahan hati. Kenapa ?
Uzia takut akan Tuhan dan memiliki Pembina rohani yang namanya Zakharia.
Di sini mengingatkan kepada kita, kita perlu punya
Bapak Rohani, mempunyai gereja local dan bukan GKJJ ( Gereja Jala-jalan ). Kita
harus tertanam, ada Bapak rohani yang menasehati kita sehingga rasa hormat dan
takut kepada Tuhan ada dalam hidup kita.
Raja Uzia selama dibawah bimbingan Zakharia dan takut
Tuhan, semua usahanya berhasil. Tentunya kita juga ingin seperti Raja Uzia. Dan
apa yang dikhotbahkan Tuhan Yesus di Matius 6 : 33 benar dan digenapi-Nya. Bila
mendahulukan Tuhan, akan berhasil. Ayat 6 – 8 mengatakan selama Raja Uzia
mencari Tuhan, setia beribadah, hormat dan takut Tuhan, semua musuh dapat
dikalahkan. Tunduk dan membayar upeti karna ada Tuhan yang menyertai. Setiap
berperang berhasil. Dan jika saat ini kita juga berhasil, ada Tuhan yang
senantiasa menyertai dan kita akan menang terhadap peperangan yang kita hadapi.
Ayat 10 – 15 menceritakan Raja Uzia suka berternak,
bertani dan dalam pembangunannya berhasil. Kekayaannya bertambah dan namanya
semakin termazyur. Dan seandainya cerita ini berakhir sampai ayat 15, pasti
kita angkat topi dan berkata : Raja yang sangat luar biasa dan dahsyat ! Dari
ayat 1 – 15 karir Raja Uzia semakin menanjak dengan luar biasa. Dan seandainya
yang dialami Raja Uzia ini papa kita atau keluarga kita atau saudara kita, kita
akan merasa bangga.
Tetapi setelah membaca ayat 16, bagaimana perasaan
kita ? Setelah namanya termasyur, kuat, hebat, makmur, Raja Uzia menjadi tinggi
hati dan berubah setia. Ini adalah penyakit orang yang diberkati, jaya dan
makmur, menjadi berubah setia dan sombong. Raja Uzia melakukan pekerjaan yang
bukan pekerjaannya ( ayat 16b ). Mau campur urusan pekerjaan Tuhan atau hamba
Tuhan. Bagaimana dengan diri kita, kalau Gembala atau pemimpin mempercayakan
suatu pelayanan atau pekerjaan, lakukan saja yang menjadi bagian kita. Tetapi
kalau belum dipercayakan, diam dan tunggu waktunya Tuhan.
Ciri orang yang sombong, congkak dan tinggi hati
adalah ketika dinasehati menjadi marah ( ayat 17 – 18 ). Di saat Raja Uzia
dinasehati dan diluruskan jalannya, ia menjadi marah. Ini adalah
kesombongannya. Tapi apa akibarnya ? Tulah Tuhan turun atasnya yaitu kena
kusta. Raja yang perkasa, luar biasa akhirnya tinggal di gubuk, diasingkan dan
tidak boleh bergaul dengan istri, keluarga dan orang-orang ( ayat 20 – 21 ).
Raja Uzia tinggal menyediri dengan segala kesomongan serta keanguhannya sampai
hari kematiannya.
Setiap kita tidak menginginkan kematian yang seperti
Raja Uzia alami. Selama masih ada kesempatan, mari bertobat dan jangan sampai
kita mati dalam dosa. Ingat masa lalu kita sebelum mengenal Tuhan dan menjadi
seperti sekarang ini. Dari mana Tuhan panggil kita dan dalam keadaan seperti apa
Tuhan angkat kita ? Jangan tinggi hati dan sombong setelah kita berhasil dan
hidup makmur. Kita perlu Bapak rohani, Pembina dan pembimbing supaya hidup
tetap terarah sesuai Firman Tuhan, hidup benar dan tetap rendah hati. Baca
Amsal 3 : 9 dan Amsal 27 : 5